Top Menu

Feature Post

statistics

Blog Archive

Search This Blog

Recent

Comment

Subscribe

Seacrh By Labels

Categories

Advertisement

Main Ad

KULINER PATI

KULINER PATI


Petis Runting


Gajahmati boleh punya Gandul. Kemiri bisa memiliki Soto. Kalau Runting? Ada Petis. Lengkap sudah. Gajahmati bawa sapi, Kemiri raja ayam, dan Runting jagonya kambing. Ketiganya merupakan nama desa di Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Mereka menawarkan makanan khas kebanggaan kota pantai utara Jawa ini.
Petis?
Ini bukan cairan pekat hitam olahan dari rebusan ikan yang mengolesi tahu goreng. Ia bukan “tahu petis” yang sudah dikenal
umum. Petis yang satu ini merupakan variasi masakan daging kambing.
 Masakan ini bisa dimakan gado atau boleh dilahap dengan nasi. Sama nikmatnya. Plus murah meriah.
Sekilas rupa makanan ini seperti gule. Kuahnya hijau bersantan. Bedanya dari gule, kuah itu bercampur tepung beras dan rebusan daging yang sudah lebur. Jadi, ada sensasi banyak butiran kenyal hangat yang lumer ketika kuah sudah masuk di mulut. Rasa duduh itu gurih. Zonder kecap sudah nikmat. Ada beberapa potong bagian kambing yang berenang di kuah. Cuma, keratan itu kebanyakan gajih atau lemak serta balungan. Enaknya menghajar petis yah itu. Kita harus sedikit repot menghisap-hisap tulang.
Runting punya banyak warung makan kambing. Tiap lapak menawarkan menu sate dan gule. Kepala kambing juga ada. Sebagian warung menambahkan menu petis sebagai penarik pengunjung. Belakangan orang Runting hijrah ke desa lain buka warung kambing. Tapi, jika Anda mau petis, harus rela bertandang ke Runting. Di sinilah petis tulen berada.
Salah satu pengusaha warung Petis Kambing, Darmini, dapat menghabiskan seekor kambing muda dalam sehari. Walau sederhana, warung yang mulai buka pukul 09.00 pagi itu selalu diserbu para pelanggan dari berbagai daerah. Alhasil, pada pukul 01.00 siang, dagangan Darmini sudah habis.
Menurut Fajar, salah seorang pelanggan, petis kambing jauh lebih enak dari gulai. “Enak, soalnya tidak pakai santan dan rasanya manis pedas,” ucapnya.

Soto Kemiri

Salah satu makanan khas dari Kabupaten Pati selain nasi gandul, adalah Soto Kemiri. Seperti soto dari daerah lain yang lebih dahulu dikenal masyarakat seperti Soto Kudus, Soto Kemiri juga menggunakan daging ayam (soto ayam). Makanan khas ini membutuhkan bumbu brambang (bawang merah), bawang putih, kencur, kemiri, lengkuas, jinten, merica, jahe, dan santan. Soto kemiri biasa disajikan tanpa penyedap makanan. Cara memasak soto kemiri pun tidak sulit, cukup menggunakan kuali dari bahan tanah liat serta dipanaskan dengan bahan bakar kayu. Salah satu cara menengarai soto khas Pati ini adalah aroma kemirinya yang lebih menonjol dan kuahnya lebih encer dibanding soto dari daerah lain.

Cara penyajiannya pun unik, yaitu setelah mangkuk yang telah berisi nasi, irisan daging ayam, dan taoge lalu diberi kuah setelah itu kuah dari mangkuk tadi dituang kembali kedalam kuali, demikian diulangi beberapa kali sehingga rasa gurih bisa sangat terasa. Karena cara penyajian seperti ini Soto Kemiri juga dikenal sebagai Soto Kopyok.
Lauk yang disajikan sebagai pelengkap sama seperti kebanyakan soto-soto ayam yang lain tapi yang membedakan adalah ukurannya, karena ayam yang digunakan adalah ayam dere maka ukurannya pun kecil-kecil sehingga kalo tidak terkontrol bisa menghabiskan sepiring lauk.
RESEP SOTO KEMIRI
Bahan:
§  1 ekor ayam kampung
§  1.500 ml air
§  2 lembar daun salam
§  100 gram taoge, diseduh
§  2 tangkai daun seledri, iris halus
§  3 sendok bawang goreng, untuk menyajikan
Bumbu Halus:
§  4 butir bawang merah
§  2 siung bawang putih
§  2 butir kemiri
§  2 cm kunyit
§  1 cm kencur
§  1 1/2 sendok teh garam
Cara Membuat :
§  Rebus ayam dalam air dan daun salam sampai matang.
§  Campur kaldu bersama bumbu halus sambil diaduk hingga bumbu meresap.
§  Angkat ayam lalu suwir-suwir.
§  Masukkan taoge, ayam suwir dalam mangkuk seduh dengan kaldu panas, lakukan 2 kali.
Siram lagi dengan kaldu lalu sajikan dengan taburan daun seledri dan bawang goreng.

Nasi Gandul

§  TEMPO InteraktifPati – Nasi gandul, inilah masakan khas Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Masakan ini sudah dikenal sejak lama, diperkenalkan oleh Mbah Melet, asal Desa Gajahmati, Kecamatan Pati (kota) tahun 1960-an. Dulu, Mbah Melet jika berjualan dilakukan di depan rumahnya di bawah pohon mangga di Desa Gajahmati. Kini, menu nasi gandul sudah merambah ke berbagai kota, di antaranya Kudus, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta.
§  “Rasanya enak dan lezat, khas gitu lho,” kata Arif Wijayanto, warga Kudus yang sedang menikmati nasi gandul di warung makan Gandul Romantis, milik Sardi, Jalan Panunggulan, Gajahmati, Pati, Selasa 16 Agustus 2011.

Hampir semua lapisan masyarakat menyukai nasi gandul, termasuk kelas menengah ke atas. “Dulu biasa makan di warung Pak Melet, tapi sekarang kalau tidak di Blaru, di Warung Kasmaran,” kata Anis Ba’asyin, budayawan Pati, pimpinan Orkes Puisi Sampak Gusuran yang lagi naik daun itu. “Ciri khas nasi gandul bagi saya, kuahnya yang gurih dan sedikit ada sentuhan manis,” kata Anis Ba’asyin.
§  Para pelancong berbagai daerah, jika tiba di Kota Pati, selalu menyempatkan diri menikmati nasi gandul. Selama ini, Pati selain dikenal sebagai kota transit perjalanan dari Jakarta-Surabaya melalui pantai utara timur. Pati juga merupakan pusat sentra kerajinan kuningan yang berpusat di Juwana. Daerah ini juga “gudangnya” para paranormal. Didukung puluhan hotel dan lengkap hiburan karaokenya, maka Kota Pati semakin hidup. Rezeki pelancong pun juga mampir ke warung nasi gandul.
§  Kuah gandul terbuat dari bahan-bahan merica, pala, tumbar, jinten, kemiri, kayu manis, lombok merah, bawang putih, bawang merah, laos, santan kelapa dan daun jeruk nipis. Semua bumbu dihaluskan, kecuali laos, daun jeruk nipis dan santan. Semua bumbu ditumis. Dimasak dengan wadah kuali atau tembaga. Mula-mula kaldu sapi dimatangkan, setelah itu baru dimasukkan semua bumbu, santan kelapa sedikit garam dan kecap.
§  Cara penyajian menu nasi gandul seperti ini: ambil satu porsi dan letakkan ke atas piring, lalu di atas nasi ditaburi masakan potongan daging atau sapi, diberi sedikit kecap dan sambal, baru kemudian dituangkan kuah gandulnya dalam kondisi panas. Penjual nasi gandul biasanya menjajakan dagangnya dengan menggunakan angkringan.
§  Yang khas dari nasi gandul, untuk menyuap nasi gandul biasanya penjual menyediakan suru alias sendok yang terbuat dari daun pisang. Nasi gandul makin nikmat bila disantap dengan tempe goreng yang dipotong tipis-tipis (mirip keripik tempe) dan perkedel kentang.
Karena cikal bakal nasi gandul dirintis warga Gajahmati, maka yang mendominasi para pedagang juga dilakukan warga Desa Gajahmati. Dari deretan nama yang dikenal di antaranya Melet, Tini, Bakri, dan Muntiman beserta keturunannya. Generasi mereka pun menyebar ke berbagai daerah dengan trade mark “nasi gandul Gajahmati Pati”. Omset penjualan nasi gandul ini juga lumayan besar. Satu orang penjual nasi gandul dalam seharinya bisa menghabiskan 25 kilogram jerohan sapi.
Copyright © Alam Lestari Raya. Designed by OddThemes